Gheata

Topeng keperakan dan jubah hitam menyembunyikan sosok itu. Yang nampak hanya sepasang mata coklat, dengan tatapan setajam elang. Tubuhnya yang tinggi kurus berdiri tegak. Di hadapannya, para pelaku kriminal nampak menggigil tak dapat bergerak. Kedua tangan milik sosok berjubah itu terulur ke arah mereka. Dari ujung jarinya yang kurus, balol-balok es bermunculan mengikat kaki para penjahat yang mengganggu ketenangan kota Santerville malam hari itu.

Melihat musuhnya tak berdaya, sosok tersebut meninggalkan jalanan gelap berbatu di salah satu sudut Santerville. Sebelum ia pergi, ia menolehkan kepala ke arah anak laki-laki yang nyaris menjadi korban perampokan para penjahat yang baru saja ia bekukan. Tanpa kata-kata, sosok itu menatap mata anak laki-laki yang gemetar, terpojok di trotoar. Tatapannya kini berubah hangat. Ia memberikan isyarat untuk segera meninggalkan tempat itu.

Anak laki-laki itu berlari secepat kaki kecilnya bisa membawanya. Melewati penjahat yang membeku. Saat ia menoleh ke belakang, sosok berjubah itu menghilang. Seperti terbawa angin malam, ditelan kegelapan.

***

Rakyat Santerville menjulukinya The Guardian. Sosok berjubah itu hanya muncul di malam hari. Kau akan melihatnya di antara pencakar langit yang tersebar di sekitar Santerville. Melompat-lompat dengan lincah, dengan jubah hitam dan topeng keperakan yang tidak pernah lepas dari wajahnya. Mungkin sesekali kau akan melihatnya melayang ringan, mengitari langit malam Santerville.

Tidak ada seorangpun yang mengetahui siapa The Guardian sebenarnya. Tak terlacak, tak terlihat. Dia akan menyelamatkanmu dari bahaya di malam hari. Lalu setelah tugasnya selesai, ia akan menatapmu dalam. Dan tiba-tiba dia akan menghilang ditelan kegelapan malam. Datangnya tanpa suara, seperti semilir angin malam. Bahkan ia pun pergi tanpa jejak.

Dia bukan manusia biasa. Mana ada manusia biasa yang dapat mengeluarkan es dari ujung tangannya? Tapi dia juga bukan penyihir. Karena ia tidak dapat mengubahmu atau para penjahat itu menjadi katak saat kau mengusiknya dan membuatnya naik pitam.

Aku lebih suka menyebutnya sebagai manusia dengan kekuatan super. Seseorang yang sama seperti kita, sebenarnya. Hanya saja ia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki manusia lain pada umumnya. Mungkin dia adalah seseorang yang biasa kita sebut…superhero.

Tapi dia bukanlah superhero biasa. Ia tidak membutuhkan alat-alat canggih untuk bertarung, bertransformasi, atau berkomunikasi. Ia bahkan tidak memiliki alat transportasi canggih seperti supehero lain yang dapat kau temui di komik-komik.

Untuk apa memiliki alat canggih jika tubuhnya sudah dapat mengeluarkan es untuk membekukan, menembaki, dan menjebak musuh-musuhnya? Bahkan tatapan dinginnya dapat membius para penjahat yang membuatnya gerah. Untuk apa memiliki alat telekomunikasi super canggih jika ia sejak lahir telah memiliki kemampuan telepati yang jauh lebih canggih dari gawai terkini? Untuk apa bertransformasi jika jubah hitam dan topeng keperakan saja dapat melindungi tubuhnya tanpa mengganggu kekuatannya?

The Guardian juga tidak membutuhkan radar. Sejak lahir ia sudah dianugerahi pendengaran yang sensitif serta intuisi dan insting yang tajam. Baginya, itu sudah lebih dari cukup untuk membimbingnya melawan kejahatan di malam hari. Matanya yang setajam elang dan siap membius malam juga berfungsi dengan sangat baik seperti hewan nokturnal.

Bahkan ia tidak memerlukan alat transportasi super canggih. Ia mampu terbang dengan kecepatan tinggi tanpa jetpack, berpindah tempat dalam waktu singkat tanpa mobil super. Sebagai seorang transporter, ia dapat menghilang dan berpindah tempat dalam sekejap mata tanpa perlu menggunakan portkey seperti dalam cerita Harry Potter.

Tidak, seperti yang sudah kubilang tadi, dia bukan, sama sekali bukan penyihir. Dia manusia biasa, sama seperti kita. Hanya saja, ada sesuatu yang lain yang mengalir di dalam darahnya. DNA yang berbeda dari manusia pada umumnya.

Justru, The Guardian adalah korban dari sihir itu sendiri. Apa kau siap mendengar ceritanya? Yah, mungkin sudah saatnya kau tahu siapa sosok di balik topeng perak itu.

***

Ratusan tahun lalu saat Santerville belum menjadi kota canggih seperti saat ini, seorang penyihir hidup di masa itu. Ia membenci sistem pemerintahan Santerville. Ia membenci para pemimpin Santerville. Ia membenci Raja dan Ratu Santerville. Baginya, para bangsawan dan keluarga kerajaan adalah penyebab kaumnya terusir. Menjadikan para penyihir minoritas yang terlupakan, terpuruk, dan terasingkan.

Hingga pada suatu malam, penyihir itu mendatangi istana Santerville. Tepat saat malam upacara penyambutan Gerhana Bulan. Dia menyelinap di antara ratusan anggota kerajaan.

Penyihit jahat itu merapal mantra, menebarkan teror di sana. Dengan menggenggam tongkat sihitnya, ia bersumpah, mengutuk keturunan Raja Santerville yang ke-13 akan tumbuh menjadi seseorang yang lain dari manusia lainnya. Dingin, angkuh, kaku, rapuh, tanpa cinta dan kehangatan.

Kutukan itu belum sempat diselesaikan oleh si penyihir. Ksatria Santerville menghujamkan tombak tepat di dada si penyihir sebelum kutukan usai dilontarkan. Tak ada yang menyangka bahwa kutukan yang tak sempurna itu ternyata dapat memberikan pengaruh yang luar biasa. Menghadirkan sosok pahlawan bagi Santerville.

Apa? Ya, kau benar. The Guardian adalah korban dari kutukan itu. Dialah Gheata, keturunan ke-13 dari Raja Santerville yang mendapat kutukan dari penyihir di masa lampau. Bagi Gheata, kutukan tersebut adalah berkat baginya. Sejak ia lahir, ia memang berbeda dari manusia lain. Darahnya biru. Bukan ‘darah biru’ bangsawan. Tapi, secara harfiah, darah yang berwarna biru, mengalir di sekujur tubuhnya.

Sejak saat itu, orangtua Gheata menyembunyikan kutukan yang dialami putra tunggalnya. Mereka berusaha keras melindungi Gheata. Mengisolasi Gheata agar kutukannya tak membahayakan orang lain di sekitarnya. Sampai Gheata beranjak dewasa. Agar putranya tidak tumbuh dengan label ‘orang aneh’ tertempel di dahinya.

Saat masih bayi, tiba-tiba ia dapat melayang ketika tertidur lelap. Beranjak balita, ia dapat mendengar pembicaraan orangtuanya yang berjarak tiga ruangan darinya. Saat memasuki masa kanak-kanak, setiap malam butiran es keluar dari ujung jarinya. Ketika ia remaja, Gheata dapat berpindah tempat ke manapun ia mau, cukup dengan membayangkan tujuannya.

Kini, Gheata sudah beranjak dewasa. Ia sadar kutukannya telah memberikan kekuatan yang luar biasa untuk dirinya. Dia ingin memanfaatkan hal itu untuk melindungi orang-orang di sekitarnya. Maka, setiap malam, ia adalah The Guardian. Melintasi malam di atas Santerville dalam balutan jubah hitam dan topeng keperakan yang hanya menampakkan matanya.

Jika manusia lain memiliki suhu tubuh normal sekitar 37 derajat celcius, suhu tubuh normal Gheata adalah 4 derajat celcius. Dari luar dia memang terlihat dingin. Sangat dingin. Selain dia memang dingin secara fisik, Gheata juga memiliki masalah dengan interaksi sosial. Dia bukanlah orang yang mudah membuka diri dan menyapa sembarang orang. Cenderung tertutup. Tapi uniknya, jauh di dalam hati kecil Gheata, ia memikirkan banyak hal dan sangat berempati terhadap orang-orang di sekitarnya.

Tak banyak yang tahu bahwa Gheata seringkali frustrasi dengan kejahatan yang terjadi di sekitarnya. Tak banyak juga yang tahu bahwa diam-diam Gheata memberikan sumbangan materi yang sangat besar untuk mensejahterakan pendidikan anak-anak miskin di Santerville. Bahkan Gheata juga diam-diam selalu bersimpuh lama dan berdoa untuk keamanan dan kesejahteraan Santerville.

Jauh di dalam hatinya, Gheata adalah sosok lelaki yang lembut. Hanya saja ia tak mampu bersosialisasi dengan baik karena perbedaan yang dimilikinya. Kelemahannya berinteraksi menjadikan Gheata seorang yang sangat tertutup. Setiap kali orang berkomunikasi dengannya, mereka akan menganggap Gheata seorang yang angkuh dan dingin. Maka, Gheata memilih menunjukkan kepeduliannya lewat hal yang membuatnya nyaman. Di balik lindungan jubah hitam dan topeng keperakan.

Di siang hari, ia akan terlihat seperti lelaki biasa. Dengan tubuh tinggi kurus, berkulit pucat, dengan jemari tangan yang kurus dan panjang seperti ranting. Di tangannya, urat-urat berwarna biru muda tampak agak menonjol. Matanya yang tajam seperti tatapan elang berwarna cokelat muda terang. Dia tidak terlalu tampan, tapi cukup menarik. Wajahnya persegi dibingkai rambut hitam legam. Wajahnya bersih tanpa jambang atau kumis. Seakan baru saja dipahat dari pualam. Tulang hidungnya tinggi dengan dagu lancip dan bibir tipis merah muda pucat yang melengkung seperti bulan sabit saat tersenyum.

Saat matahari terbenam hingga fajar menyingsing, suhu tubuhnya akan semakin rendah hingga ia dapat mengeluarkan es dari mata, telapak dan jari tangan, serta telapak kakinya. Ia memanfaatkan kutukan yang ia dapat ratusan abad lalu sebelum di lahir, menjadi kekuatan supernya. Di balik jubah hitam dan topeng keperakannya, ia menyebarkan rasa aman bagi seluruh penduduk Santerville.

Sementara saat pagi menjelang, ia akan kembali ke mansion-nya yang penuh dengan keamanan berlapis dan teknologi super canggih. Ia lalu akan bersantai, memandangi matahrai terbit dari jendela mansion mewahnya yang menghadap ke arah timur. Tersenyum puas setelah memberantas kejahatan semalaman. Setelah menyelamatkan nyawa warga Santerville. Melindungi kota Santerville yang ia cintai.

Lalu kau akan melihat Gheata dalam pakaian biasa seperti lelaki pada umumnya, tengah menyesap secangkir lemon tea hangat dan setangkup croissant dengan olesan mascarpone di atasnya. Gheata yang keturunan bangsawan dengan kutukan yang melekat di dirinya. Membiarkan jubah hitam dan topeng keperakannya tergantung rapi di dalam lemari kaca-anti peluru dengan rangka titanium.

Dan kembali menjadi Gheata, laki-laki jenius yang selama 25 tahun hidupnya sejak lahir sudah mendapatkan kekuatan superior dari kutukan yang dilontarkan bahkan sebelum ia dilahirkan. Menikmati hidupnya dalam kesendirian tanpa seorang tuan putri di sisinya. Menikmati hidupnya lewat serangan es untuk menghukum para pelaku kriminal di Santerville.