Dunia Membutuhkan Cinta Kasih

Saat bulan purnama sempurna di bulan Waisak, kita peringati Tiga Peristiwa Suci : saat kelahiran, tercapainya Penerangan Sempurna, dan Parinibbana (wafat) dari Guru Agung kita, Buddha Gotama.

Setiap tahun, hari yang keramat ini selalu memberikan semangat baru pada diri kita, peringatan suci Waisak mengajak kita untuk meresapkan kembali pesan-pesan keramat Sang Buddha.
Karena di tengah-tengah perjuangan menghadapi persoalan kehidupan, persoalan yang harus kita akui, persoalan yang tidak boleh kita tutup-tutupi itu acapkali pikiran kita menyesal dan menuntut, "Seandainya Sang Buddha masih di tengah-tengah kita, tentu Beliau menjadi tempat bertanya, menjadi penghibur, dan sumber semangat bagi kita.
Namun sekarang Sang Buddha sudah tiada, masih mungkinkan kita bertemu lagi dengan Beliau?"
Dalam Maha Parinibbana Sutta, sutta yang mencatat pesan-pesan terakhir Sang Buddha saat menjelang Parinibbana (wafat); Beliau pernah berpesan, "Dhamma dan Vinaya yang telah Kuajarkan, itulah yang akan menjadi gurumu kelak setelah Aku tiada lagi".

Dhamma (ajaran Luhur) dan vinaya atau sila (tuntunan moral) yang telah Beliau ajarkan kepada kita, masih utuh di tengah-tengah kita. Kita masih bisa menjumpainya pada setiap saat. Dalam menghadapi tantangan kehidupan, atasilah tantangan itu dengan semangat Dhamma yang ampuh. Periksalah diri Saudara dengan Dhamma dan Sila itu.
Dhamma akan memberikan jawaban, Dhamma akan menunjukkan jalan keluar, Dhamma akan menghibur dan menumbuhkan semangat baru pada saat-saat Saudara menghadapi tantangan kehidupan.
Dhamma adalah sahabat yang paling tepat dalam perjuangan kehidupan ini.
Karena itu, meskipun Sang Buddha —Guru yang kita cintai, sudah ribuan tahun meninggalkan kita, namun Dhamma dan Sila yang telah Beliau ajarkan dengan sempurna itu, yang menjadi pengganti Beliau sekarang, menjadi Guru kita semua sekarang ini.

Konflik-konflik batin, ketegangan, kebingungan, frustasi, rasa tidak aman, malapetaka, peperangan, kejahatan, dan pertengkaran; semuanya akan bermunculan bila kita berpaling dari Dhamma.
Marilah kita jadikan hikmah peringatan suci Waisak tahun ini untuk kembali kepada Dhamma.

Meskipun dengan bermacam-macam cara Sang Buddha mengajarkan Dhamma, meskipun luas; tetapi Dhamma ajaran Luhur Beliau itu semuanya mempunyai inti yang sama, yaitu tidak lain adalah: metta dan vimutti (cinta kasih dan kebebasan). Cinta kasih yang tulus, dan kebebasan dalam arti bebas dari hawa nafsu.

Apakah materi yang banyak akan mampu menyelamatkan keluarga yang tidak harmonis dan hampir retak?
Apakah kekuatan, kekerasan, atau senjata yang lebih banyak dan lebih modern yang bisa menyelamatkan dunia ini dari kehancuran, yang bisa menciptakan perdamaian?
Jawabannya singkat: "Semuanya tidak!"

Sang Buddha pernah menyatakan: "Loko Patthambhika Metta". (Hanya cinta-kasihlah yang bisa menyelamatkan dunia ini)

Dalam menyelesaikan ketegangan, pertengkaran, dan kesulitan-kesulitan rumah tangga, bila seorang ayah hanya menggunakan kekuasaannya sebagai kepala rumah tangga; atau dengan berpendirian bahwa bila saya memiliki materi yang lebih banyak pasti semuanya bisa selesai; atau juga dengan menggunakan kekerasan supaya semuanya diam ketakutan; maka keharmonisan tidak mungkin bisa dicapai. Tetapi, bila sang ayah, ibu, dan anak-anak saling mempunyai rasa cinta yang tulus, ketentraman dan kedamaian pasti bisa tumbuh dalam keluarga, untuk dinikmati bersama.
Juga dalam menghadapi problem yang lebih besar. Bila materi, kekuatan atau kekerasan diandalkan sebagai kunci untuk menyelesaikannya, maka problem tidak akan selesai dengan baik. Bahkan menjadi berantakan.

Tanpa dasar cinta kasih, kecerdasan yg dimiliki seseorang bisa digunakan untuk menghancurkan kehidupan ini. Tanpa dasar cinta kasih kepandaian bisa menjadi kejahatan dan kekejaman yg luar biasa. Tanpa cinta kasih, ilmu pengetahuan bisa menjelma menjadi penghancur nilai-nilai kemanusiaan.

Karena itu, marilah kita tumbuhkan cinta kasih yg tulus cinta kasih yg tidak disertai keserakahan di dalam kehidupan kita masing2.
Memang, tidak mungkin bagi kita untuk membuat penghuni bumi ini semuanya mempunyai cinta kasih yg tulus. Tetapi janganlah kita lupa bahwa ada sesuatu yg paling mungkin, yaitu: menumbuhkan cinta kasih dalam diri kita.
Memang susah mendidik orang lain untuk mempunyai cinta kasih, tetapi sangat mungkin mendidik diri kita sendiri untuk mempunyai cinta kasih.
Mengapa sering kita lupakan hal ini? Mengapa kita tidak memulainya sekarang?
Seringkali kita terbius dengan pikiran jelek kita sendiri, dengan menyatakan, "Tidak mungkin mengubah dunia ini menjadi penuh cinta kasih, tidak mungkin membuat seseorang mempunyai cinta kasih, maka apakah perlunya saya mempunyai cinta kasih?" Alangkah sempitnya bila pengertian kita seperti itu.

Menumbuhkan cinta kasih dalam diri kita sendiri adalah sesuatu yg paling mungkin. Mengapa kita tidak memulainya? Marilah kita tumbuhkan cinta kasih yg tulus, cinta kasih yg tidak disertai keserakahan di dalam kehidupan kita, di dalam diri kita.
Meskipun saudara baru bisa mempraktekkan selangkah; itu adalah langkah yg sudah nyata. Karena meskipun baru selangkah, berarti Saudara sudah berjalan. Ketegangan sudah selangkah berkurang, dan kedamaian sudah selangkah lebih maju.

Marilah kita junjung nilai kemanusiaan ini, marilah kita selamatkan keluarga kita, dan dunia ini dari ketegangan, kekacauan, dengan memulainya dari diri kita, memulai dengan cinta kasih yg tulus. Memulai dengan menumbuhkan rasa persahabatan kepada semuanya, kepada semua kehidupan.


Sumber : Berita Vimala Dharma - Khotbah Waisak 2533, Dirangkum oleh Dhamma Kehidupan