Romantika Februari
Dering suara HP membangunkan aku dari dunia mimpi, tak lama setelah itu terdengarlah suara saling bersahut – sahutan tuk mengajak mengerjakan sholat “Sudah shubuh ternyata” celetukku sembari mematikan alarm yang dari tadi sudah berbunyi dan segera bergegas mandi lalu menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim. Detik telah berganti menit, menit terus melangkah hingga menjadi jam, langit yang tadinya agak remang – remang kini mulai terlihat terang tersentuh sinar mentari yang tampaknya sudah mulai datang. Ku bersiap – siap tuk segera berangkat menuntut ilmu bersenjatakan buku dan alat – alat tulis yang sudah lengkap “Ga sarapan dulu?” teriak seorang wanita yang berada di depan pintu dapur
“Udah nggak sempet bu, Ntar malah telat lagi!” Sahutku seketika sambil membetulkan tali sepatu
Semua sudah siap, peralatan perang sudah di dalam tas, penampilan sudah Ok saatnya berangkat…
Ku telusuri setiap jalanan hitam yang panjang bagai tanpa ujung di antara kerumunan manusia dan besi berasap di bawah hangatnya sinar mentari pagi sembari sesekali ku tengok jam yang ada di tanganku. Ku kayuh sepeda buntutku dengan sekuat tenaga semakin cepat dan semakin cepat, gedung yang ku tuju kini sudah mulai kelihatan mendekat ke arahku “Ah akhirnya sampai juga”bisikku dalam hati sambil ku tuntun kuda perangku menuju tempat istirahatnya.
Ku langkakan kakiku selangkah demi selangkah menuju pintu masuk kelas tempatku belajar di antara kerumunan calon – calon penerus bangsa dan tiba jugalah diriku ke tempat yang ku tuju setelah melewati pagar manusia yang berjajar, ya siapa lagi kalau bukan teman – temanku yang biasa nongkrong di depan pintu masuk sambil menunggu bel berbunyi.
Hari ini rasanya ada yang sedikit berbeda dari biasanya, karena sejak dari tadi ku berangkat di jalanan banyak banget yang jual bunga, coklat dan boneka dengan hiasan – hiasan yang lucu dan setibanya di sini kulihat di bawah bangku hampir semua anak membawa bingkisan yang di bungkus kertas kado dengan beraneka ornamen di atasnya.
“Wei !!!!!!!!!!! “ Teriak seorang cowok sambil menepak pundakku
“Eh loe ron, bikin kaget aja” spontan ku menjawab setelah ku palingkan wajah tuk melihat ke arahnya.
“Habis ngelamun aja sih…”
Dia adalah Roni temen baikku dan juga temen sebangkuku,anaknya terkenal playboy tapi setia kawan, baik ya meskipun kalau lagi ada maunya, humoris tapi kalau kelewatan kadang malah ngeselin.
“Ah enggak Gue cuma heran aja, kok banyak banget yang bawa kado ya, Pa memang lagi banyak yang Ultah atau ada yang lagi ngadain acara ultah? Sambil ku garuk – garuk kepala dengan wajah penasaran.
“Halooo…., loe hidup dimana sih? Di planet mars atau di dunia era prasejarah?”
“Hari ini tanggal berapa?” Tanyanya dengan sedikit membentak
“Kalau ga salah tanggal 14 Februari, emank ada apa? Bukan ultah loe kan???” sahutku dengan ekspresi wajah yang semakin penasaran
“Ampun deh, ni anak beneran hidup di zaman prasejarah kali ya! Sekarang kan Valentine day!!!” bentaknya sambil memegang pundakku dan mengoyak – ngoyak tubuhku.
“Oooooo Valentine day” teriakku seketika..
“Oooooo bulet kali!!!” sindirnya padaku.
“Kayaknya loe udah kelamaan nge-jomblo deh,sampai-sampai hari yang paling di nanti-nanti oleh para remaja seperti kita bisa ga inget bahkan ga ada ekspresi seneng sama sekali”! ucapnya sambil duduk di atas meja.
“Ya kan loe tahu sendiri kalau gue belum pingin pacaran, masih pingin fokus sama sekolah gue!” sahutku sembari menaruh tas di bangku dan langsung duduk di kursi.
“Belon mau pacaran apa memang ga lakuuuuuuuuu?” ejeknya padaku
“Resek loe, terserah deh orang mau bilang apa yang penting no women no cray, no girlfriend no trouble dan yang penting hidup kebebasan”! sambil ku angkat tanganku layaknya pahlawan kemerdekaan.
“Ah itu sih pepatah para bujang lapuk, lagian apa loe ga kesepian pas kalau temen-temen loe pada jalan sama ceweknya,? Jadi penasaran gue, emank apa yang loe kerjain kalau sabtu malam minggu secara loe kan jomblo? Tanyanya saling bersambungan.
“Ya ngapain kesepian kan banyak buku pelajaran yang belum habis dibaca belum lagi buku-buku referensi buat masing-masing subjek seminggu juga ga bakalan habis.” jawabku santai
“Percaya deh, dasar professor yang hobinya tidur ama buku!” sindirnya padaku
“Ya biarin aja, dari pada loe plaboy cap karung asal keliatan cewek naksir, jangan-jangan kambing dibedakin juga doyan loe.” Balasku ga mau kalah
Dentang bel masuk telah berbunyi, semua teman-teman pada berhamburan menempati tempat duduknya masing-masing dan menunggu kedatangan sang pengajar yang mau memberikan ilmunya.
Detik demi detik telah berlalu, halaman demi halaman telah terlewati tak terasa dua jam lebih pembahasan ilmu kami jalani hingga terdengarlah suara dentang bel berbunyi penanda waktu istirahat telah tiba.
“Ah pusing gue ama pelajaran yang tadi, ribet ga ngerti gue maksudnya!” seketika terucap dari mulut roni.
“Itu sih cuma loe-nya aja yang ga pernah baca itu buku pelajaran, kebanyakan pacaran sih!!!” sahutku mengejek
“Udah ga usah dibahas, by the way kayaknya jam ke-5 sampe terakhir kosong nih paling cuma dikasih tugas”
“Terus memang kenapa?”tanyaku sambil membereskan buku yang ada di meja.
“Ya itu artinya bebas, kita bisa ke kantin dengan santai and ga usah buru-buru balik ke kelas. Masalah tugas tinggal nyontek aja juga beres.” Celetuknya
“Yee itu sih loe, kalau gue pantang yang namanya nyontek. Gimana bangsa bisa maju kalau bibit-bibit koruptor terus di budayakan?” ejekku sinis
“Apa hubungannya nyontek ama koruptor? Ga nyambung kali!” teriaknya
“Ya berhubungan, kalau sekarang loe korupsi nilai ntar kalau jadi anggota dewan bisa-bisa korupsi jabatan! Kerja enggak terima gaji iya.” Balasku sambil hendak melangkah pergi
“Mau kemana loe?” tanyanya sambil berdiri
“Mau ke perpus, lagian kan habis ini jam kosong, jadi bisa lama gue disana. Kenapa, mau ikut?” ajakku sambil menyindir
“Perpus lagi perpus lagi, dasar kutu buku. Ogah ah, gue mau ke kantin aja sampai nanti ya pak prof!!!!” sindirnya balik kepadaku sambil melangkah pergi keluar.
Tenang dan hening, suasana yang memang enak buat menyendiri sambil ditemani lembaran-lembaran guru tanpa suara, jendela dunia pembuka cakrawala. Perlahan demi perlahan ku telusuri setiap huruf dengan pasti, lembar demi lembar ku baca tiap halaman dengan seksama hingga tanganku terhenti sejenak saat hendak membalik halaman.
“Hai, sendirian aja.” Suara itu mengagetkanku
Mataku tertuju pada seorang gadis yang berambut panjang dengan pita pink yang menghiasinya.
“Eh kamu lil.” Jawabku seketika
Dia adalah lily seorang wanita berdarah campuran jawa dan belanda, dan dia juga adalah salah satu teman baikku selain si Roni.
“Serius amat bacanya!” sambil menarik kursi dan duduk di sampingku
“Ah enggak terlalu serius-serius amat.” Sahutku menjawab
“Iya sih, buktinya aku panggil sekali langsung respon. Kan biasanya butuh berkali – kali baru ada respon.” Sambil tersenyum
Senyuman itu, senyuman saat pertama aku dan dia bertemu, senyuman yang selalu membuat detak jantungku berdetak tak menentu, senyuman yang selalu terbayang dalam setiap malam di dalam mimpi-mimpi ku.
“Kok malah ngelamun?” ucapnya
“Ah enggak, siapa yang melamun? Aku kan cuma nungguin kamu ngomong aja.” Sahutku menghindar
“Tahu ga kalau kamu itu ga jago kalu bohong.” Sindirnya padaku
“Udah ah ga usah dibahas, btw ada angin apa nih kamu datang nemuin aku?” ucapku mengalihkan pembicaraan
“Ada angin rindu!” celetuknya sambil tersenyum
Serasa mau terbang dia bilang seperti itu, tapi buru-buru ku kendalikan diriku agar tak terlihat apa yang sedang kurasakan.
“ Serius donk lil, tuh bel masuk udah bunyi loh pa kamu ga masuk ke kelas?”
“Ngusir nih ceritanya???” sambil memalingkan wajahnya
“Bukannya ngusir cuma ngingetin aja.” Jawabku agak ragu
“Bercanda, gitu aja di anggap serius. Kamu sendiri masih santai-santai di sini?” tanyanya padaku
“Oh kalau aku habis ini sampai jam terakhir nanti lagi kosong tuh, gurunya pada ga ada yang datang.” Jawabku sambil memandang wajahnya
“ Emm gini kamu bisa ga nungguin aku sepulang sekolah nanti? Di kelas kamu aja, aku lagi ada perlu sama kamu.”
“Ada perlu apa? Kenapa ga sekalian disini aja, kan kita udah ketemu.” Sahutku
“Yeee koq pake nawar sih! dibilangin entar habis pulang sekolah ya berarti ntar donk! Kalau sampai ga ada, aku ga mau temenan lagi sama kamu!” ucapnya memaksa
“Iya-iya tapi ga usah pake ngancem segala ngapa!” sahutku membalas
“Biarin, biar ga bisa nolak, ya udah aku ke kelas dulu ya, da….” Sambil tersenyum dan melangkah pergi
Ah senyum itu lagi, cukup,jangan kau lihatkan senyum itu sudah tak kuat hati ini melihatnya meskipun indah bagi mata yang memandangnya.
Aku jadi tak bisa konsen membaca, yang terbayang hanya senyum manisnya, wajah cantiknya seakan tak mau pergi dan terus menghalangi pandanganku. Bermacam tanya dalam benakku tapi sebelum anganku terlalu jauh melangkah ku segera menyadarkan diriku sendiri. Tak bisa ku sangkal aku memang suka dengannya bahkan mungkin lebih dari sekedar persaan suka, tapi apa dayaku hatiku terlalu pengecut untuk mengaku, bibirku terasa kelu saat ingin mengucapkan tiga kata itu. Ku selalu coba menghibur diriku, memalingkan perasaan itu dengan ucapan “Jangan kau nodai persahabatan dengan dengan kata-kata asmara karena ia hanya akan menjadi pengeruh saja, membuat semua menjauh hingga akhirnya kau tak mendapatkan keduanya.” Tapi sampai kapan aku kuat menahan rasa ini? Sampai kapan ku sanggup bertahan dengan alasan ini?
Ku buka buku dan ku goreskan ucapan hatiku degan beberapa kata
Sejak pertama ku mengenalmu
Di hatiku serasa ada sesuatu
Entah perasaan apa itu
Akupun tak tahu
Ku harap ini bukanlah cinta
Kuharap ini hanyalah perasaan biasa
Yang datang dan pergi tak punya makna
Tapi kenapa rasa ini semakin menjadi
Setiap aku berusaha tuk tidak perduli
Serta mencoba tuk mengingkari rasa di hati ini
Akhirnya tiba juga saat yang dinanti, saat bel pulang sekolah berbunyi tanda berakhirnya hari yang melelahkan dan juga sebagai tanda pengingat tentang janjiku dengan seorang wanita.
“Eh ga pulang loe?” Tanya roni kepadaku
“Gue lagi ada urusan sebentar, loe duluan aja?” jawabku
“GR banget, siapa yang mau nungguin loe, gue kan cuma tanya doank? “ sahutnya
“Dasar playboy cap karung, sebenernya loe sohib gue apa bukan sih?” gerutuku
“Easy brow, kita sih tetep sohib, tapi sekarang gue lagi ada janji nih sama pacar gue.” Jawabnya santai
“Ya udah buruan, ntar ngambek tu cewek di putusin deh loe!” balasku
“Kalau diputusin ya cari lagi, gitu aja koq repot.”
“Ya udah gue duluan ya pak prooooof” ejeknya sambil tertawa terus pergi
“Dasar playboy cap karuuuuuuung!” teriakku ga mau kalah
Perlahan demi perlahan sekolah menjadi semakin sepi, orang-orang sedikit demi sedikit telah keluar dari pintu gerbang, dan di kelas ini hanya tinggal aku seorang diri yang sedang menanti sang permaisuri yang selalu ku kagumi dalam hati.
“Udah lama nunggu nya?” ucap seorang wanita yang sedari tadi aku nanti
“Ya gitu deeeh.” Sahutku santai
“Maaf habis tadi ada urusan kerja kelompok yang ga bisa di tinggal.”
“Aku kira kamu tadi udah pulang?” ucapnya sambil memandangku
“Ya mana berani aku pulang, orang udah dapat ultimatum ga bakal di jadiin temen lagi…” sahutku membalas
“Hehehe, untung aja pake ultimatum, coba kalau enggak pasti kamu udah kabur dari tadi.” sambil meletakkan tasnya ke atas meja
“Oh ya sebenarnya aku minta kamu datang kesini, cuma mau ngasih ini.” Sambil mengambil sesuatu yang ada di dalam tasnya
Saat itu yang ku lihat adalah sebuah kado yang di hias dengan hiasan bunga berwarna merah di atasnya.
“Happy Valentine day…” ucapnya mengagetkanku sambil menyerahkan kado itu ke arahku
“Ap apa ini?” jawabku terbata bata
“Udah terima aja, kalau ga mau terima tau sendiri kan apa konsekuensinya?” sambil menarik tanganku dan meletakkan di atasnya
“Tapi aku ga punya apa-apa yang bisa diberikan ke kamu? Kan biasanya kalau diberi ya harus memberi balik.” Ucapku sayu
“Udah ga usah dipikirin, ntar juga kamu bakalan tahu apa yang harus kamu beri ke aku setelah buka kado itu.” Ucapnya meyakinkanku
“Wah jadi ngerasa ga enak nih aku, tapi terimakasih ya buat kadonya.”
“Kok cuma ucapan terimakasih, kasih ucapan balik dong ‘Happy Valentine day too’ gitu harusnya!” gumamnya agak kesal
“Iya iya ‘Happy Valentine days to lily yang cantik…” ucapku menghibur
“Nah gitu donk.., btw jemputanku udah datang tuh, kamu mau bareng ga?” tanyanya padaku
“Ah nggak usahlah, masak udah dikasih hadiah nebeng pula, apa kata dunia.”celutukku sambil menggoda
“Bisa aja kamu, ya udah aku pulang duluan ya, and aku tunggu balasan hadiahnya…” sambil melangkah pergi
“Balasan hadiah apa” gumamku dalam hati
Rasa senang bercampur bingung kini kurasakan, senang karena serasa mendapat perhatian lebih dari sang permaisuri hati dan bingung ga’ tahu harus bersikap apa untuk menyikapi, serta banyak tanya apa maksud dari semua ini. Tapi udahlah mungkin ini hanya hadiah sebatas kasih sayang seorang teman, ibarat mawar mungkin mawar putih lambang persahabatan, ya sudahlah sebaiknya aku pulang dulu ntar pas dirumah saja aku buka ini kado.
Detak jam dinding yang terdengar begitu keras karena kesunyian kamarku ini, ku hanya bisa melihat kado yang dari tadi ku letakkan di atas meja belajarku. Setiap kali ingin ku buka kado itu, seolah ada ribuan pasukan TNI yang memblokir jalan tanganku, hingga tanganku terasa berat untuk membukanya. “Aaah cukup, aku harus segera mengakhiri kegilaan ku sekarang juga, ku ga mau terus menerus melayang terbang hanya karena sesuatu yang masih belum pasti kejelasannya” ucapku dalam hati. Akhirnya bisa juga ku meraih kado itu, perlahan demi perlahan kubuka kertas kado yang membungkusnya, hiasan yang indah terpaksa ku ambil demi melihat isi di dalamnya.
Rupanya sebuah jam tangan yang diberikannya kepadaku, tapi ada sepucuk surat yang menyertainya. Ku buka surat itu dan ternyata ia menuliskan sebuah puisi untukku
Sekian lama kita telah bersama
Suka dan duka telah kita alami berdua
Saat ku berduka
Kau ada tuk mengihiburku
Saat ku bahagia
Kau ikut tertawa bersamaku
Di setiap waktu
Kau selalu ada untuk ku
Menjadi sahabat yang selalu menyejukkanku
Tapi ntah apa yang ku rasa saat ini
Perasaan yang berbeda dari biasa yang ku alami
Rasa yang tak pernah aku dapati
Hingga tak kuat hati ini menahannya lagi
Salahkah aku jika ku tak mau lagi menjadi temanmu
Salahkah aku jika ku tak mau menjadi sahabatmu
Karena ada tempat istimewa di hatiku
Yang kini telah tercipta untukmu
Ku tak tahu lagi harus berbuat apa
Ku tak tahu lagi harus bersikap seperti apa
Sudah sekian cara ku coba
Tapi kau tak juga merasakannya
Perasaan yang telah tumbuh selama kita bersama
Kenapa kau begitu angkuh seolah tak perduli
Kenapa lidahmu tak jua ucapkan tiga kata yang selalu kunanti
Kenapa tak kunjung kau pahami rasa di hatiku ini
Dengan semua sikap yang sudah ku berikan selama ini
Kini ku mengaku kalah
Biarlah aku yang mengalah
Karena aku sudah lelah
Tak kuat ku menahan lebih lama
Segala rasa yang telah terpendam di dalam dada
Ku akhiri goresan pena penyampai rasaku
Dengan kata-kata yang tulus dari dalam hatiku
?Aku Sayang Kamu?
================================
Terkejut,senang, cemas, bingung ah ntah susah ku menjelaskan dengan kata-kata, ku tak menyangka kalau dia akan menyatakan hal ini kepadaku. Aku tak bisa membohongi diriku kalau aku juga memang sangat dan teramat sangat menyayanginya, tapi apakah aku bisa membuat dia bahagia, tak akan membuat kecewa dan apakah dia akan mau menerima segala kekurangan yang ku punya? Ah semakin ku memikirkannya bukannya malah selesai urusan ini, malah timbul banyak tanda tanya yang tak jelas kemana arahnya.
Ku ambil Hp ku, mencari no yang mungkin bisa membantu ku menjawab semua tanya yang ada “Ah ketemu juga no nya” celutukku sembari memencet tombol call.
“Halo, da pa bro”? suara yang keluar dari dalam Hp ku.
“Gue mau tanya sesuatu ma loe Ron!”
“Tanya apa, kalau tanya masalah PR mending tanya yang lain aja deh.”
“Bukan masalah itu, kalau itu paling-paling kamu yang tanya ke gue!”
“Hehehe, terus masalah apa nih yang bisa gue bantu?”
“Ron, tadi sepulang sekolah Lily ngasih gue kado sebagai ucapan Vday.”
“Ya ga apa-apa kan, bisa aja tu cuma hadiah persahabatan.”
“Pikirku juga begitu, tapi setelah gue buka, bukan cuma hadiah tapi dia juga nulis surat yang isinya kalau dia itu sayang sama aku lebih dari sahabatnya.”
“Wah kalau begitu selamat, akhirnya loe akan mengakhiri masa jomblo loe, lagian bukannya setahu gue loe juga suka kan ma dia?”
“Iya sih, tapi gue masih ragu nih?”
“Ragu kenapa lagi, la wong udah sama-sama suka!”
“Gue takut gak bisa buat dia bahagia, and apa dia bisa nerima semua kekurangan gue?”
“Terus apa dengan nolak dan ngingkari perasaan loe, bakal bisa buat dia bahagia?”
“Udahlah, jangan terlalu jauh dulu mikirin masalah itu, ntar juga datang dengan sendirinya kalau udah di jalani bersama.
“Lagian setahuku, seorang cewek itu gak bakalan nembak cowok kalau gak bener-bener cinta banget sama dia. Karena kebanyakan cewek tuh lebih suka mendam perasaannya dan nungguin dengan sabar sampai si cowok yang ngomong duluan.
“ Oooh gitu ya?” gumamku
“Loe-nya sih gak peka, masa’ sampe keduluan!”
“Udah yang jelas, percaya aja sama hati loe, ikuti perasaan loe, jangan terus-terusan ngebohongi diri sendiri dan terus sembunyi. Karena yang lebih tau mana yang terbaik ya diri loe sendiri.”
“Wah makasih nih Ron, ga percuma nih punya temen plaboy ternyata ada ilmu yang bisa diambil juga!”
“Ya jelas donk, namanya juga pakar cinta.”
“Mungkin lebih tepatnya plaboy mencari cinta, hehehe.” Ejekku
“Masih aja ngeledek, dasar profesor linglung!” balasnya ga mau kalah
“Udah buruan tentuin keputusan, jangan kelamaan ntar keburu di ambil orang” ucapnya kepadaku
“Ok deh kalau gitu, and thanks ya buat wejangannya.”
“Yoi, ya udah ya met berjuang aja.” Celutuknya
Kini pikiranku jauh lebih terbuka, aku tahu apa yang harus aku lakukan, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Pokoknya hari ini juga harus segera ku selesaikan semua ini, biar hatiku ini ga terus-terusan gelisah kayak gini. Ku ambil Hp dan ku pilih perekam suara lalu ku mulai bicara:
Sekian lama ku pendam rasa ini
Sekian lama ku ingkari rasa ini
Tak tahu harus berkata
Tak tahu harus berbuat apa
Ku selalu mencoba tuk tak perduli
Ku selalu berusaha tuk berlari
Menghindar tanpa pasti
Meskipun hati ini menangis dan merintih
Ku merasa tak sempurna
Ku merasa hina tak berharga
Mengharapkan sebuah permata
Yang begitu indah dan tak ternilai harganya
Tapi hari ini semua kan ku akhiri
Hati yang pengecut tak bernyali ini kan ku sulut dengan api
Hingga kan menyala membumbung sampai ke langit yang tertinggi
Tak kan mudah padam walau badai kan selalu menghalangi
Kini ku katakan padamu
Tiga kata yang selalu membuat hatiku gelisah tak menentu
Tiga kata yang selalu membuat lidahku menjadi kelu
Aku cinta kamu
Engkaulah permaisuri hatiku
Yang sejak lama telah mendiami istana cintaku
Gadis impian yang selalu aku khayalkan
Yang kini tak akan aku lepaskan
Ku langkahkan kaki ku menuju ke tempat permaisuriku berdiam, ku telusuri jalanan yang panjang melewati puluhan kendaraan yang lalu lalang seolah bagai penghalang. “Tiba juga akhirnya”. Celetukku dalam hati
“Maaf mang, Lily-nya ada?” tanya ku pada seorang berwajah garang, berkumis tebal yang sedang duduk di pos.
“Eh aden, koq lama ga pernah maen kesini?” sahut penjaga itu
“Lagi banyak tugas mang, jadi ga sempet.” Jawabku santai
“Oh gitu, Non Lily ada tuh di rumah”.
“Saya masuk dulu ya mang, dan sekalian nitip sepeda saya, hehehe.”
“Kalau masalah itu ma di jamin aman.”
Tepat di depan pintu rumahnya, ku hentikan langkahku dan ku ambil Hp dari kantong bajuku. Ku pilih menu recorder, dan ku kirimkan rekaman penyampai rasaku tadi kepada sang pujaan hati. Sengaja ku menunggu beberapa menit sebelum ku telpon dia.
“Halo.” Ucapku dengan telpon di telinga
Tak ku dengar sepatahpun suara dari Hp ku
“Halooo” Ku ucapkan lagi kata itu
“Wah diangkat, tapi koq ga ngomong ya?” gumamku dalam hati
“Kalau di diamin di Hp sih ga apa-apa, tapi masa’ aku di diemin juga di depan rumah kamu? Ga mau bukain pintu nih…!” ucapku agak menggoda
Selang beberapa waktu, ku dengar suara kunci pintu terbuka dan saat pintu mulai terbuka yang ku lihat adalah sang permaisuri hatiku.
“Halo mau bicara dengan siapa?” ucapnya sinis sambil tetap menenpelkan hp di telinga
“Bisa bicara dengan Lily?” ucapku membalas
“Oh maaf, Lily-nya sedang ga ada?” balasnya
“Terus yang ada di depanku dan yang lagi bicara di telpon ini siapa?” jawabku menyindir
“Seorang wanita yang menderita sekian lama karena menunggu dan mengharapkan ucapan cinta dari sang pangeran hatinya” ucapnya kesal sambil mematikan hp
Sesaat waktu serasa terhenti, suasana begitu hening sedang mata kami saling beradu diam tanpa kata. Dan tiba-tiba…
Plak!!!!!!! Tamparan tangan kanannya mendarat di wajahku
“Auw..” ucapku seketika sambil mengusap-usap pipi kananku
“Itu untuk karena membuatku tersiksa menunggu sekian lama!” ucapnya marah di susul dengan pelukan hangat yang mengarah kepadaku
“Dan ini, karena kamu telah menacapkan panah asmara di hatiku.” Ucapnya lirih
Betapa indah hari ini kurasakan, ingin rasanya waktu terhenti selamanya, ingin rasanya bumi tak berputar sementara, agar hari ini, agar saat-saat ini akan selalu kurasa tanpa perlu aku mengakhirinya.
“Kenapa butuh waktu sekian lama baru bisa kamu ucapkan kata itu?” ucapnya sesaat melepaskan pelukannya.
“Ehm… ga PD aja, lihat aja diriku cowok yang ga punya apa-apa, cupu, and yang hobinya cuma baca buku mau dapetin seorang putri raja? Di samping takut ditolak, juga takut ga di jadiin temen lagi nantinya!” jawabku
“Ya udah kalau gitu sekarang di tempat ini aku ingin kamu nyatain cinta sama aku langsung ga pake media apapun!”
“Waduh, tap tap tapi…” ucapku terbata – bata
“Eits, ga bisa nawar ini udah harga mati!” jawabnya tegas
Dengan hati berdebar dan keringat dingin yang menjalar, ku rangkai kata di dalam pikiran dan dengan modal sedikit kenekatan akhirnya bisa juga aku keluarkan semua kata itu lewat lisan
“Senyum manismu yang tak bisa aku lupakan
Paras cantikmu yang selalu menghiasi angan-angan
Keindahan hatimu yang selalu memberikan kesejukan
Membuatku tak kuat menahan lisan
tuk ucapkan
Aku cinta padamu
Aku sayang kamu
Maukah kamu menerimaku
Menjadi pasangan hati belahan jiwa
Hingga ajal memisahkan kita?”
Dengan menggenggam kedua tangan dan menatap mataku ia pun balas menjawab
“Enggaaaaaak!!!”
“Loh, koq enggak sih?” sahutku kecewa sembari menundukkan kepala
Ia meletakkan tangannya di pipiku seolah mengarahkan tatapan mataku ke arah matanya sambil berkata “Enggak bisa nolak, karena aku juga sangat dan teramat sayang sama kamu melebihi diriku.”
Hari ini begitu indah rasanya, ingin rasanya ku akhiri cerita ini sampai disini saja supaya sama dengan cerita-cerita dulu waktu di TK yang akhirnya selalu hidup bahagia selamanya, tapi apalah daya, aku bukan sutradara penulis cerita kehidupan yang nyata. Meskipun begitu aku tak kan menyerah, aku akan terus berusaha agar cerita cintaku akan selalu dihiasi dengan asmara berbalut canda dan cinta yang di selingi dengan tawa yang tak mengenal duka,kecewa maupun air mata.
Begitu cepat waktu berlalu, tak terasa hampir setahun hati kami telah saling menyatu dan hari-hari pun serasa penuh dengan cinta dan asmara hingga meluap karena tak pernah ada habisnya. Seminggu lagi udah valentine day,seneng sih tapi juga bingung karena sampai sekarang masih belum tau bakal mau ngasih apa buat sang permaisuriku. Ku ingin sesuatu yang berbeda, istimewa karena memang ini untuk orang yang istimewa bagiku. Lama ku memikirkannya hingga sebuah tangan mendepak pundakku sembari berteriak “Wei ngelamun aja” teriaknya.
“Eh, loe ron kapan datang?” jawabku santai setelah ku tenggok ke arahnya.
“Udah dari tadi kali, habisnya loe gue panggil dari tadi ga buka-bukain pintu ya aku langsung masuk aja.”
“Koq aku ga denger?” sahutku spontan
“Ya ga bakalan denger, loenya lagi asyik ngelamun.”
“Heran gue, loe hobi banget ngelamun. Kalau dulu sih wajar secara belum punya cewek, lah kalau sekarang! Atau jangan-jangan ada cewek lain ya..?”
“Jangan samain gue ama loe ya, bagi gue Lily itu mewakili semua wanita yang ada di dunia, jadi kemanpun gue lihat cuma ada dia seorang saja.”
“Lah kalau gitu yang loe lamunin apa donk?”
“Gue ga ngelamun, gue tadi cuma lagi mikir bakalan ngasih apa nanti pas Vday!” tegasku menjelaskan.
“Koq susah amat, kasih aja bunga, cokelat atau boneka.”
“Ah kalau itu sih udah biasa, aku pinginnya sesuatu yang berbeda.”
“Loe tuh baru pacaran sekali aja udah nyusahin diri sendiri, ya terserah loe deh.”
“Btw loe da pa nih kesini ga mungkin kan kalau cuma maen aja?” tanyaku
“Hehehe tau aja loe, gue ke sini mau tanya masalah PR yang kemaren.”
“Mau tanya apa mau nyalin…?” ucapku menyindir
“Ya tanya dulu udah di kerjain belon, kalau udah baru di salin deh hehehe.” Ucapnya santai.
“Dasar loe ga mau usaha, bentar gue cariin dulu.”
“Wah loe memang sohin gue yang paling bisa di andalin.” Ucapnya memuji.
“Kalau ada maunya aja muji….!” Balasku sinis.
Baru hendak beranjak tanganku mengambil buku tiba-tiba terhentikan oleh bunyi dering HP yang ada di meja,setelah ku lihat ternyata nama kekasih hatiku yang tampak di layar HP.
“Halo sayang.” Ucapku seketika
“Yank kamu lagi sibuk ga sekarang?” ucapnya manja
“Kalau untuk kamu sih selalu ada waktu.” Ucapku merayu
“Bisa ga sekarang kita ketemuan di tempat biasa? aku mau ngomongin sesuatu ma kamu.”
“Untuk permaisuriku apa sih yang ga bisa, ya udah aku kesana sekarang.”
“Ok aku tunggu, da… sayang love u” ucapnya
“Love u to” ucapku balik sesaat sebelum ku matikan HP.
“Wah terus gimana dengan nasib gue nih?” ucap roni spontan
“Kayaknya loe harus cari sendiri nih, tapi jangan di berantakin loh!”
“Gitu nih kalau udah sang kekasih udah bicara, temen di lupain deh.”
“Alah kayak loe enggak aja, ya udah gue tinggal dulu ya.” Ucapku sambil melangkah pergi
“ Ya udah deh met merajut asmara aja…” sindirnya padaku.
Sesaat setelah sampai di tempat tujuan, mataku tak henti-hentinya mencari pujaan hati pejenyejuk jiwa, ku melihat ia sedang duduk sendirian di sebuah bangku di samping pancuran yang di sekelilingnya di tumbuhi bunga-bunga indah dengan berbagai warna. Ku melangkah ke arahnya perlahan-lahan bermaksud ingin mengejutkannya, namun tiba-tiba
“Baru nyampek?” Ucapnya seketika tanpa menoleh ke arahku
“Iya, loh koq kamu tahu kalau aku udah disini?” tanyaku terkejut
“Ya namanya juga sehati, ya ada getaran khusus donk di hatiku.” Ucapnya sambil tersenyum sesaat setelah menoleh ke arahku.
“Bisa aja, btw ada apa nih kamu minta aku kesini, kangen ya?” tanyaku menggoda sambil ku melangkah duduk di sampingnya.
Ia memandang ke arahku, kemudian menggengam kedua tanganku lalu berkata
“Kamu sayang ga ma aku?”
“Kamu ngomong apa sih, tentu aja aku sayang ma kamu.” Ucapku seketika
Ia tersenyum kemudian di susul dengan tetesan air dari matanya
“Lil sebenarnya ada apa? Jujur padaku!” ucapku sambil ku setuh pipinya dengan lembut.
Ia memegang tanganku dan melepaskan dari pipinya kemudian dengan suara lirih ia berkata
“Aku ingin kita putus…”
Serasa ada jutaan pisau yang menyayat hatiku saat ia bilang seperti itu
“Tap tapi kenapa?” ucapku terkejut dan langsung berdiri dari tempat duduk.
“Aku sudah lelah dengan hubungan kita.” Ucapnya dengan menundukkan kepala
“Masa’ hanya dengan alasan ini kamu mau mengakhiri kisah asmara kita?” jelasku ga terima
“Kamu mau tahu alasan yang lain?” sahutnya seketika sambil beranjak dari tempat duduknya.
“Kamu tuh lebih mementingkan buku-buku dan pelajaranmu ketimbang aku!” ucapnya marah.
“Tapi bagiku kamu tetap yang nomor satu Lil..” jelasku meyakinkan.
“Bagiku itu masih bisa aku terima, tapi yang aku ga bisa terima kamu terlalu dekat dengan teman-teman wanitamu.”
“Teman wanita yang mana? Kalau teman sekolah mereka hanya sebatas minta di ajarin pelajaran aja ga lebih!”
“Udah cukup aku ga mau denger alasan apapun dari kamu lagi, dan mulai sekarang jangan pernah kamu temui aku lagi!” ucapnya sembari melangkah pergi dan disusul dengan genangan air mata.
“Lil…, aku sayang kamu lil jangan tinggalin aku kayak gini…” ucapku memanggil seraya meyakinkannya.
Ah nggak ini pasti hanya mimpi kan? Ini ga nyata ini ga nyata…., ku ulang ulang kata-kata itu untuk meyakinkan diriku tapi apalah daya ini memang kenyataan. Hancur rasanya hati ini, berat bagiku untuk menerima semua kenyataan ini, tak ku sangka cintaku akan berakhir seperti ini ga seperti yang ku harapkan. Tapi apa mau di kata, ku ga bisa berbuat apa-apa, kalau memang ini bisa membuatnya bahagia ku coba untuk menerima walaupun hanya sebatas lidah.
Hari ini tanggal 14 februari, hari yang seharusnya aku bergembira dengan kekasih hati kini harus aku jalani sendiri dengan sisa-sisa kenangan pahit yang masih kuratapi. Ya sudahlah apa mau dikata kini sudah saatnya ku kembali ke kehidupan yang dulu kala sebelum ku mengenal asmara. Memang berat, tapi aku akan terus mencoba dan berusaha untuk tetap berpijak di tanah.
Sesaat baru kelas hendak dimulai, terdengar pengumuman dari pengeras suara
“Berita duka, hari ini kami baru mendapat berita bahwa teman kalian yang bernama Lily Zahrah Permatasari dari kelas 2B telah berpulang ke rahmatullah, mari kita berdo’a semoga arwahnya di terima di sisinya dan keluarganya di beri ketabahan dalam menghadapinya. Amin.”
Terasa tersambar petir ku mendengar berita itu, belum kering luka yang lama kini harus di tambah degan luka yang baru dan jauh lebih menyakitkan. Aku rela jika harus putus dari rasa cintanya aku rela jika harus mengakhiri asmara dengannya. Tapi aku ga bisa kalu harus berpisah dengannya untuk selamanya. Aku ga sanggup menerima ini semua, ingin rasanya ku menangis tapi seolah air mataku telah habis. Hati ini merintih menderita tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, kenapa harus terjadi padaku kenapa? Ini tak seperti yang ku harapkan, akhir yang bahagia selamanya malah yang ku dapat derita tiada habisnya. Kalau tau seperti ini dari awalnya, aku ga mau jatuh cinta, aku ga mau mengenal asmara yang dihiasi dengan keindahan di awalnya tapi penuh derita dan siksa di akhirnya. Kini aku hanya bisa pasrah menerima semua dan masih berharap ini hanya mimpi semata.
Semua teman-teman datang kerumah Lily, ya meskipun yang mewakili sebenarnya hanya teman sekelasnya tapi bagi yang merasa dekat atau hanya kenal tak mau ketinggalan begitu juga dengan aku. Mulai dari mengantar jenazah hingga menguburkannya, kami semua mengikutinya hingga selesai. Saat hendak di kuburkan, ku lihat wajahnya untuk terakhir kalinya hingga sedikit demi sedikit mulai tak tampak karena tertutup tanah. Kaki ini rasanya sudah tak punya tenaga untuk menopang raga hingga aku harus berpegangan menggunakan tubuh Roni. Kenapa harus kau akhiri seperti ini lil, kenapa aku ga ada di sampingmu di saat terakhir? Kenapa kau malah memilih menjauh dariku, apa kau ga kasihan padaku?
Pemakaman telah selesai, semua kembali kerumah Lily dan berpamitan kepada keluarga yang di tinggalkannya. Kini giliranku yang harus berpamitan kepada keluarganya yang selama ini sudah ku anggap seperti keluarga sendiri.
“Om tante saya pamit dulu, mau kembali ke sekolah.” Ucapku yang tak bisa menyembunyikan suara kesedihan.
“Meskipun Lily sudah ga bersama kita lagi, kamu jangan sungkan sering main kesini ya.” Ucap seorang lelaki berdarah belanda kepadaku.
“Bagi kami kamu sudah kami anggap bagian dari keluarga ini.”
“Om maaf sebelumnya, kalau boleh tau Lily meninggal karena apa?” tanyaku penasaran dengan tetap membawa suara kesedihan.
“Iya kamu belum tahu, ini semua karena Lily selalu meminta kami untuk tidak menceritakannya pada siapapun bahkan termasuk orang-orang yang bekerja disini.”
“Lily sebenarnya sudah lama mengidap kanker otak.” Jelasnya kepadaku.
Ah kenapa aku begitu bodoh tidak menyadarinya selama ini, wajahnya yang kadang-kadang pucat,sering tiba-tiba pingsan yang katanya hanya kecapean saja serta obat yang selalu ia minum yang ia bilang hanya multi vitamin. Harusnya aku menyadari hal ini, kenapa kau bohongi aku Lil? Kau selalu menyembunyikan semua itu dengan senyuman.
“Oh ya, ada titipan barang yang ingin diberikan Lily ke kamu di saat terakhirnya, sebentar tante ambilkan ya.” Ucap seorang wanita yang berwajah sendu.
Tak berapa lama kemudian beliau keluar dengan membawa sebuah kado dan langsung diberikan kepadaku.
“Ini ambil, ia membuat ini di saat sebelum ia meninggalkan kita. Dia sangat menyayangimu, bahkan hari-hari sebelumnya ia selalu melihat foto-foto disaat kalian bersama.” Ucapnya
“Kami selaku orang tuanya mengucapkan terimakasih ya, karena kamu telah memberikan ia kebahagian di saat-saat terakhirnya.”
“Kalau begitu saya pamit dulu ya om, tante.”
“Ya sudah hati-hati di jalan ya.” Ucap sang papa sambil memeluk ku.
Malam ini begitu sunyi, ditemani album kenangan foto-foto kami berdua saat bersama ku arungi malam dengan bernostalgia. Sesaat ku tersenyum ketika mengingat kenangan-kenangan itu, tapi segera pudar saat ku kembali ke alam nyata. Heeeem hela nafas panjangku seraya mencoba mengeluarkan semua kegalauan yang ku rasa, dan tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah kado yang sedari tadi tergeletak di meja. Ku melangkah mendekatinya, ku ambil dan ku peluk dengan erat seolah ia adalah permaisuri hatiku hingga aku tersadar dan lalu membukanya.
Sebuah HP yang selama ini memang aku inginkan, tapi bagaimana ia bisa tahu? aku bahkan tak pernah bilang pada siapapun. Lil kamu sungguh egois, dua kali kamu memberikan hadiah di hari kasih sayang, tapi tak sekalipun kau memberikan ku kesempatan untuk memberikanmu hadiah.
Saat hendak ku letakkan bungkus kadonya, mataku tertuju pada sebuah amplop berwarna pink yang bertuliskan To my love. Ku ambil dan ku cium surat itu, aroma tubuhnya seolah begitu dekat denganku hingga seolah – olah ia berada di dekatku. Ku buka dan langsung ku baca isinya
Untuk yang paling ku sayang….
Hai sayang, jangan sedih ya mungkin saat kamu baca surat ini aku udah ga bersama kamu lagi. Maaf aku ga bisa jujur tentang masalah ini sama kamu, tentang penyakit yang ku derita karena aku ga mau kamu terlalu khawatir mikirin aku. Aku minta maaf juga ya karena telah marah ma kamu saat aku minta putus, sebenarnya sih alasan itu aku buat-buat aja agar kamu bisa mutusin aku eh kebalik aku yang mutusin kamu hehehe….., tapi kalau masalah buku-buku ma pelajaran beneran loh tapi justru iut salah satu yang buat aku suka ma kamu Aku ga pengen aja orang yang ku sayang harus melihat aku di saat aku haus bergelut dengan maut, ya meskipun aku tahu kalau kamu bakal nemanin aku disaat apapun tapi akunya yang ga rela ngelihat kamu bersedih di hadapanku. So… aku ngelakuin itu semua deh, jadi kamu sedihnya pas aku ga ngelihat kamu (^_^). Sayang…, sepeninggalku aku ga mau kamu terus menerus menangisiku, aku ga mau kamu terus-terusan bersedih karena aku, aku mau kamu harus tetap tegar, semangat, ceria, seperti yang ku kenal selama ini. Kamu juga harus segera cari penggantiku loh, jangan cuma gara-gara aku kamu mutusin ga mau berteman dengan cinta lagi, masih banyak koq cewek yang lebih baik dari aku, lagian aku ga akan pergi koq dari kamu, aku akan tetap hidup di sisi lain hati kamu dan mengawasi serta selalu memberikan cinta untuk mu. Udahan ya sayang, aku udah capek nih mau tidur dulu dan awas jangan di lupain pesan-pesanku tadi. Oh ya beserta surat ini aku udah buatin kamu puisi loh, ntar kamu salin ya di kertas yang gede n kamu pajang deh di kamar kamu. Ntar kalau kamu kangen ama aku kamu tinggal baca deh.
Udahan dulu ya…
LOVE U
Dari yang selalu mencintaimu
Lily yang cantik (^_^)
Butiran air yang dari tadi tertahan akhirnya kini jatuh juga, menetes dan membasahi surat diiringi dengan ucapan lirih “Love u to”. Ah inikah rasanya patah hati, patah hati yang sebenarnya yang ga ada lagi kesempatan kedua. Inikah cinta yang begitu indah bila dirasakan namun begitu pahit bila diputuskan, diputuskan untuk selamanya dari kehidupan nyata. “Kalau memang itu keinginanmu, akan aku usahakan. Untuk kamu apa sih yang enggak sayang.” Ucapku dalam hati disusul dengan membuka puisi yang ia buatkan untukku.
Sedih memang saat seorang kekasih pergi tinggalkan kita
Pahit dan getir rasanya saat hubungan yang tlah lama terbina
Hancur dalam hitungan detik saja
Tapi apakah kita kan seperti ini selamanya?
Tenggelam dalam kesedihan tanpa menghiraukan masa depan?
Percayalah pada sang pencipta
Percayalah pada hati kita
Bahwa ia kan kembali dengan lebih sempurna
Jangan menyerah
Teruslah melangkah
Buat dirimu bahagia
Karena masih ada hari esok yang lebih cerah
Inikah kisah cintaku? bersemi di bula februari dan berakhir di hari kasih sayang…