Waktu Itu

“Vio! Kamu enggak bisa gini terus!!! Sebenarnya kamu ini kenapa? Sejak 1 bulan ini kamu sering melamun enggak jelas, nilai kamu turun, terus yang kita pelajari enggak masuk ke otak kamu! Kamu itu kenapa?” kata Billa sambil menatap tajam Vio.
“Kamu enggak perlu tau,” jawab Vio dengan lemas.
“Aku harus tau dong! Aku kan sahabat kamu!!!” kata Billa sambil membentak.
“Ya kalau kamu udah KEPO TINGKAT DEWA! aku akan kasih tau, tapi nanti setelah pulang sekolah jam 3 kamu harus ke rumah aku!” Jawab Vio dengan jutek.
“SETUJU!” Kata Billa. Sebenarnya Billa tidak marah pada Vio. Billa hanya ingin tau apa penyebab Vio menjadi frustasi.

Saat jam tiga …
“VIO!” Teriak Billa dari luar rumah.
“Yuk kita berangkat,” kata Vio sambil membawa sepedanya. Billa tidak tau mau kemana Vio membawanya. Sejak di jalan Vio hanya menggoes sepedahnya sambil berkata “kuat! Kuat!” Itu membuat Billa semakin aneh.

Akhirnya mereka sampai ada sebuah tembok besar.
“Ikut aku dari belakang yaa,” kata Vio sambil memarkirkan sepedanya.
Lalu, Vio mendorong sedikit tembok tersebut dan mereka harus merondang untuk masuk. Setelah masuk, Vio menutup kembali tembok tersebut dan berlari ke ayunan. Billa hanya mengikutinya.
“Kapan ceritanya?” tanya Billa yang sudah tak sabar,”

FLASBACK
Satu bulan yang lalu, aku sedang bermain sepeda di dekat rumahku. Tiba-tiba aku menabrak pohon dan membuat aku jatuh. Lalu, ada seorang pria yang menolongku. Aku tidak tau siapa dia. Karena kakiku terluka, aku dibawa kesini oleh pria itu dengan sepedaku. Dia mengobati lukaku. “Kalau kamu naik sepeda jangan melamun,” pesan pria itu yang sampe sekarang masih ku ingat. “Oh, nama Kakak Kevin, siapa namamu?” Tanya Kak Kevin. “Namaku Viola,” kataku menatap matanya. Wajahnya sangat tampan sampai membuatku jatuh hati padanya. Sejak saat itu, aku dekat dengan Kak Kevin. Kak Kevin sudah kelas 3 SMK. Cita-citanya ingin menjadi dokter. Entah akan kuliah dimana Kak Kevin itu. Dan saat malam minggu aku mendapat sms dari Kak Kevin:
“De, kamu sibuk enggak?” (memang Kak Kevin memanggilku Dede).
“Enggak Kak, ada apa?”
“De, sekarang kita main ke taman yuk, Kakak sudah sampai di depan tembok. Kamu bawa sepeda ya,”
“Aku takut naik sepeda sendiri kesana,”
“Kakak nunggu di depan rumahmu,”
“Iyaa”
Kak kevin tak membalasnya. Lalu, aku izin ke Mamaku dan Mama mengizinkannya.

Saat aku membuka pagar rumahku, Kak Kevin sudah ada di hadapanku. Hampir saja aku teriak tapi Kak Kevin langsung menutup mulutku dengan tangannya yang wangi. Kak Kevin meminta izin ke Mamaku dan kami langsung pergi menaiki sepedaku.

Saat sampai, karena sudah malam pastinya gelap. Tetapi saat aku masuk begitu terang. Lalu Kak Kevin menutup mataku dengan saputangannya. Aku diajak jalan. Saat sudah duduk ternyata sudah ada di ayunan ini. Kak Kevin sudah merias Ayunan ini dengan dedaunan. Sungguh indah. Lalu,..
“Udah ngantuk de?” Tanya Kak Kevin. Aku menggeleng.
“Deeeeeee” kata Kak Kevin panjang.
“Apa kak?” tanyaku yang semakin penasaran.
“Kakak lagi suka sama seorang perempuan,” kata Kak Kevin. Sontak aku merasa sedih, terpukul, dan cemburu. “Lalu?” tanyaku yang menahan sedih dan sakit ini. “Dia itu cantik, baik, dan dia adik kelas Kakak. Bahkan, Kakak enggak nyangka bisa kenal sama dia,” begitu kata Kak Kevin yang membuat aku semakin cemburu dan tiba-tiba meneteskan air mata. Aku langsung menyeka air mataku. “dia sekolah berbeda dengan Kakak. Kakak, menyukainya dan itu…” Belum sempat Kak Kevin berbicara, aku langsung berlari dan menangis. Hatiku sangat terpukul. Aku langsung pulang sambil menangis.

Saat sampai rumah Mamaku kaget melihat aku menangis. Setelah 15 menit, mamaku masuk ke kamarku. “Viooo,” ucap Mama. Aku hanya menengok ke Mamaku. “Ada apa nak?” Tanya mamaku. Aku langsung menceritakan semua yang baru saja terjadi.

“Itu tandanya kamu menyukai dan menyayanginya,” kata Mamaku. “Tapi Ma, Kak Kevin sudah suka sama yang lain,” kataku dengan sedihnya. “Yaa sudah, kamu harus sabar yaa”.

dan seminggu kemudian, aku masih menunggu Kak Kevin di taman itu. Berharap Kak Kevin datang dan aku ingin meminta maaf. Tapi, Kak Kevin sudah pergi. Kak Kevin tak mengabarkan ku kalau dia pergi. Sebenarnya aku pernah mengukir namaku dengan Kak Kevin di batu yang besar. Aku langsung menguburnya karena tidak ingin Kak Kevin tau. Sejak saat itu, setiap pulang sekolah aku selalu kesini dan berharap Kak Kevin datang kesini,” kata Vio hampir menangis. Billa yang mendengarkannya begitu mengerti apa yang sahabatnya rasakan.

Dua Minggu Kemudian…
Vio sedang menaiki sepedanya menuju taman itu. Tetapi ada sosok yang memakai topi sedang duduk di ayunan. Entah itu hanya halusinasi Vio entah bukan. Karena penasaran Vio langsung menuju dan membuka topi yang dipakai orang tersebut. “KAK KEVIN?!?” kata Vio kaget. “Deeee,” kata Kak Kevin masih memanggil Vio dengan kata “De”. “Maafkan kakak pergi tidak mengabarkanmu,” kata Kak Kevin sambil menunduk. “Kakak melanjutkan kuliah Kakak kan? Kenapa enggak ngirim surat? Atau SMS atau apalah?” kataku sedih dan marah. “Maafkan de,” kata Kak Kevin tanpa alasan. “De, Kakak mau lanjutin cerita Kakak,” kata Kak Kevin. Vio sudah siap menahan tangisnya. “Dia cantik, selama Kakak pergi dia selalu ada di fikiran Kakak,” kata Kak Kevin. Vio hanya tersenyum padahal hatinya begitu sakit. “Dan namanya adalah Viola Nafizah,” kata Kak Kevin secara tiba-tiba. “Aku?” Kata Vio dengan tanda tanya yang begitu besar. “Yaaa, Kakak waktu itu mau bilang tapi kamu sudah mengira yang aneh-aneh,” kata Kak Kevin. “Ohhh,” kata Vio dengan polos. “Jadi, kamu mau kan jadi orang yang spesial buat Kakak? Yang selalu support Kakak? Dan lebih dari adik?” Kata Kak Kevin. “Ak… aku… aku… Aku mau Kak,” kata Vio langsung memeluk Kak Kevin.

“Kak… Aku punya hadiah,” kata Vio.
“Hadiah? Harusnya Kakak dong yang ngasih hadiah ke kamu?” Kata Kak Kevin. “Ini bukan apa-apa kok Kak. Ayo ikut aku,” kata Vio dan Kak Kevin mengikutinya. Vio langsung menggali tanah di dekat tumbuhan mawar merah. Lalu, Vio membersihkan batu besar yang sudah digalinya. “Kau mengukirnya sendiri?” tanya Kak Kevin tak percaya. “Kakak tau? Saat kakak curhat tentang perempuan itu aku sangat cemburu dan sedih. Aku tidak terima jika di hati Kakak sudah ada orang lain, oleh karena itu aku mengubur ini,” kata Vio. “Ohh, bidadari kecilku ini hebat! Kamu masih menunggu Kakak!” Kata Kak Kevin mengelus-elus rambut Vio.
Sejak saat itu mereka selalu bersama melewati suka dan duka.

Cerpen Karangan: Fanisa Miftah Riani
Facebook: Fanisa Riani Nisa